Bhama
13 Maret 2020, 16:30 WIB
Last Updated 2020-03-13T09:30:42Z
Insight

Teknologi Ubah Perilaku Masyarakat Terhadap Kearifan Lokal

Advertisement

Gudnyus.id - Seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, arus globalisasi telah menyebar ke seluruh dunia tanpa terkecuali Indonesia. Tanpa disadari penyebarannya telah berjalan secara cepat dan meluas ke seluruh aktivitas masyarakat.

Penyebaran ini tidak memandangan negara maju maupun negara ketiga, hampir seluruhnya merasakan dampak globalisasi di negaranya masing – masing. Perkembangan teknologi dan komunikasi dan globalisasi merupakan perpaduan yang tidak dapat terpisahkan namun saling melengkapi. 

Keduanya saling mendukung karena tanpa adanya perkembangan teknologi dan informasi, globalisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Pengaruh pikiran masyarakat juga menentukan proses globalisasi dengan adanya pikiran secara global, globalisasi akan dengan mudah masuk kedalam pikiran masyarakat pada umumnya. Belum lama ini, kearifan lokal menjadi kajian yang menarik ditanah air. Reformasi pemerintahan pada tahun 1997 telah mengubah wajah Indonesia. 

Dengan terbuka Indonesia setelah reformasi menjadikan arus globalisasi semakin kuat pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Kita seolah – olah dibawa kedalam arus globalisasi dan mau tidak mau harus tetap dalam alur yang telah dibuat sistem globalisasi ( Scholte, 2001). Arus tersebut telah membawa istrumen – instrumen pendukung globalisasi seperti, teknologi informasi dan komunikasi, dan budaya individualisme barat.

Pada satu sisi globalisasi menawarkan kemudahan – kemudahan bagi masyarakat dalam menjalankan hidupnya dan dapat mengakses seluruh informasi dari penjuru dunia. Namun pada sisi lain globalisasi telah membawa masyarakat lupa akan jati dirinya. Nilai – nilai barat telah mendegradasi nilai – nilai lokal masyakarat indonesia dan semakin mendominasi dalam kehidupan sehari – hari. 

Dalam benak penulis muncul pertanyaan seperti ini “ Apakah bangsa ini belum siap masuk ke dalam arus globalisasi ? “ lunturnya kearifan lokal masyarakat kini dapat dikatakan sebagai akibat dari proses globalisasi. Saat ini kearifan lokal tidak lagi menjadi primadona kalangan remaja dan hanya sedikit yang masih meneruskan serta memperlajari kearifan lokal yang ada. 

Negara maju adalah aktor utama dalam penyebaran globalisasi, mereka berusaha untuk menyebarkan nilai – nilai yang ada di negaranya untuk disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia sebagai nilai nilai global. Nilai – nilai global sendiri adalah nilai – nilai yang dimiliki dan dijalankan oleh seluruh identitas.

Munculnya nilai global adalah bentuk akusisi dari nilai lokal yang kemudian digunakan oleh seluruh masyarakat dunia, oleh sebab itu dinamakan nilai global meskipun pada awalnya nilai ini berasal dari nilai – nilai lokal. Negara maju dapat dengan mudah menyebarkan globalisasi dikarenakan arus teknologi dan informasi dimiliki oleh mereka sehingga dengan mudahnya suatu nilai dapat menjadi nilai global. 

Sebaliknya negara berkembangan tidak memiliki daya untuk menyebarkan nilai – nilai mereka karena tidak adanya kepemilikan terhadap teknologi dan komunikasi sehingga sulit bagi negara berkembang untuk dapat menyebarkan nilai – nilai lokalnya.

Bagi Indonesia, masuknya nilai – nilai barat ke dalam lingkup masyarakatnya harus dianggap sebagai ancaman yang serius ketika nilai – nilai lokal sudah tak mampu menjadi prioritas oleh masyarakat dan berubah memprioritaskan nilai – nilai barat yang diterapkan setiap harinya.

Budaya yang mulanya menjadi ciri khas budaya Indonesia telah berganti kepada budaya pop khas barat yang dianggap lebih modern dan sesuai dengan tuntutan zaman. Pada sudut pandang yang lain, proses globalisasi ditandai dengan integrasi budaya lokal ke dalam suatu tatanan global( Irwan, 2006;192 ). 

Budaya konvensional Indonesia seperti ramah tamah, toleransi , penghormatan pada yang lebih tua, sikap saling menghargai, ringan tangan dengan adanya pengaruh globalisasi budaya konvensional kini sulit bertahan dan mulai tergantikan dengan sikap individualistik serta pergaulan bebas bagi remaja yang telah merasuk pada masyarakat Indonesia saat ini.

Masalah terbesar kini dihadapi oleh Indonesia. Ketika globalisasi telah melebarkan sayapnya untuk menjangkau segala lini masyarakat Indonesia dan menggempur nilai – nilai lokal untuk menggantinya dengan nilai – nilai global khas barat. 

Menurut (Wilhelm, 2000) berpendapat bahwa perusakan budaya dimulai sejak masa teknologi informasi seperti satelit dan internet berkembang. Sejak masa itu, konsumsi informasi menjadi kian tak terbatas. Masa-masa yang haram untuk mengkonsumsi sesuatu ternyata menjadi halal begitu saja. Anak-anak kecil dapat begitu saja melihat gambar-gambar porno. Remaja-remaja yang seharusnya menjadi tonggak kebudayaan bangsa malah mengagung-agungkan hedonisme dan modernitas. 

Globalisasi dan Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Globalisasi telah terjadi dan itu adalah kekuatan yang sangat kuat (Jitaphorn, 1993;25). Kekuatan yang sangat hebat tersebut telah merubah wajah negara – negara berkembang termasuk Indonesia. Dapat diibaratkan ketika negara – negara berkembang ini masih dalam tahap remaja kemudian datang globalisasi dengan nilai – nilainya yang kemudian membuat negara – negara tersebut bingung dan masuk ke dalam arus globalisasi.

Berbicara mengenai globalisasi tidak mungkin tidak harus dikaitkan dengan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi sebab  perkembangan teknologi komunikasi berjalan seiring dengan derasnya arus globalisasi. Keberhasilan nilai global masuk ke Indonesia dan memengaruhi perkembangan nilai lokal disebabkan oleh kemampuannya. 

Dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi secara maksimal. Di era global, siapa yang menguasai teknologi informasi memiliki peluang lebih besar dalam menguasai peradaban dibandingkan yang lemah dalam pemanfaatan teknologi informasi.

Karena itu, strategi yang harus dijalankan adalah memanfaatkan akses kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai lokal. Nilai lokal yang khas dapat menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah tinggi apabila disesuaikan dengan perkembangan media komunikasi dan informasi. 

Harus ada upaya untuk menjadikan media sebagai alat untuk memasarkan budaya lokal ke seluruh dunia. Jika ini bias dilakukan, maka daya tarik budaya lokal akan semakin tinggi sehingga dapat berpengaruh pada daya tarik lainnya, termasuk ekonomi dan investasi. Selain itu dalam hal memaknai kehidupan nilai barat sangat kuat bagi negara –negara berkembang. Kita tidak menyadari bahwa proses imitasi tersebut memiliki bahaya yang lebih besar dari yang pernah kita sadari ( Nidhi, 1994;94). 

Menurut (fuhrer dan scott, 1999) seolah – olah kita membiarkan berita dari media massa memberitahu kita mengenai kejadian – kejadian penting dan melaporkannya secara fair dan akurat. Disinilah letak keistimewaan media massa. Dengan mudahnya dapat membentuk opini maupun argument yang belum tentu ada faktanya sudah dapat diputar balikkan untuk menjadi sejata ampuh mempengaruhi pikiran masyarakat.

Masyarakat kini sangat bergantung kepada media massa untuk memperoleh informasi. Informasi yang dimuat dalam medua massa tidak dapat dipastikan apakah sudah benar sesuai fakta atau ada pembelokan fakta.Dampak dari media telah merubah agenda masyarakat yang kemudian merubah nilai – nilai kemanusiaan, gaya berfikir, dan pola – pola perilaku yang kesemuanya merupakan hasil pemodelan bentukan media massa (Bryant dan Zylmann, 2002). 

Globalisasi dengan teknologi informasi kini diyakini telah memainkan peran untuk merevolusi sosial. Ia ( globalisasi ) telah mengaburkan batas – batas tradisional yang membedakan bisnis, media dan pendidikan, merombak struktur dunia usaha, mendorong pemaknaan ulang perdagangan dan investasi, kesehatan, hiburan, pemerintah, pola kerja, perdagangan, pola produksi, bahkan pola relasi antar masyarakat dan antar individu.inilah tantangan bagi bangsa , masyarakat dan individu di seluruh dunia. ( justiani, 2009 ).

Kearifan Lokal Sebagai Indentitas Etnis
Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Di Indonesia yang kita kenal sebagai Nusantara kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional.Kearifan lokal memiliki sifat yaitu kelokalan/ kedaerahan dan berasal dari masa yang lalu atau warisan dari pendahulu. 

Kearifan lokal sendiri tidak dapat dipisahkan dengan suatu komunitas/ etnis tertentu yang menciptakan kearifan lokal. (Levit, 2003) menyatakan bahwa kearifan lokal merupakan proses dan produk  revitalisasi serta transformasi pengetahuan dan budaya, juga praktek – praktek adat. kearifan lokal diketahui adalah hasil cipta karya anggota masyarakat atau kelompok dengan melalukan serangkain ujian yang disesuaikan dengan kelompok karena kelompoklah yang paling mengetahui tentang segalanya yang sesuai dengan kebutuhan kelompok. 

Menurut (Schement, 1998) etnis sebagai masalah pilihan yang mencerminkan otonomi dan penentuan nasib diri yang lebih besar pada ranah identitas, sementara identitas etnis sebagai cerminan dari pengaruh berbagai faktor yang kompleks yang mendorong dan menarik individu terhadap penyebaran dan perpaduan atau pemeliharaan kekhasan budaya sosial dalam masyarakat yang dominan.

(Boni Hargens, 2011) dalam tulisannya di Kompas menyatakan bahwa arus modernisasi, liberalisasi, dan globalisasi semestinya tidak meniadakan suatu negara jatuh dalam  percaturan global asal saja negara tersebut ditopang oleh identitas nasional yang kuat, tetapi juga didukung oleh ideologi dan kepemimpinan politik yang kuat.

Selain etika dan moral yang bersumber dari agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia terdapat pula kearifan lokal yang menunjang masyarakat untuk mencapai kemajuan dan kemahsyuaran etos kerja serta keseimbangan antara alam dan sosial masyarakat.

Pepatah mengatakan “ berakit – rakit ke hulu bersenang – senang kemudian, bersakit – sakit dahulu bersenang – senang kemudian, ini mengajarkan bahwa untuk meraih apa yang dinamakan hasil masyarakat harus memiliki semangat dan etos kerja untuk memenuhi kebutuhannya hampir seluruh nilai – nilai lokal di Indonesia mengajarkan untuk bertindak baik dan sesuai dengan apa yang telah disepakati oleh masyarakat. Sehingga pola perilaku kehidupan dalam masyarakat dapat terlaksana baik da nada nilai – nilai kearifan lokal yang menjaga pola tersebut tetap berjalan dengan lancar.  

Strategi Mempertahankan Kearifan Lokal Menghadapi Globalisasi
Kini masyarakat tak dapat mengelak dengan semakin manjalarnya arus globalisasi yang berjalan amat cepat dapat menjadi ancaman serius kearifan lokal masyarakat. Globalisasi memang mustahil untuk divegah, tetapi efek buruknya yaitu mematikan unsur – unsur nilai lokal yang bersebrangan dengan nilai nilai global yang dibawa globalisasi.

Nilai – nilai lokal perlu memperkuat daya tahannya dalam menghadapi gempuran globalisasi nilai – nilai barat. Perlu adanya inisiatif cemerlang dari seluruh elemen masyarakat yang sadar akan berbahaya globalisasi terhadap nilai –nilai lokal untuk membendung pendregadasian oleh nilai – nilai barat. 

Masyarakat kini dihadapkan dengan adanya krisis identitas karena lenyapnya nilai – nilai lokal yang tidak lagi digunakan dalam menjalankan kehidupan dimasyarakat. Untuk tetap lestari nilai – nilai lokal yang dimiliki bangsa Indonesia untuk itu perlu adanya upaya upaya pembangunan jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Jati diri tersebut ialah penghargaan terhadap sesama, solidaritas sosial, kekeluargaa, rasa cinta tanah air yang kini telah tercampur aduk dengan nilai – nilai barat yang dibawa oleh globalisasi. 

Untuk itu, pembangunan jati diri bangsa adalah solusi yang tepat untuk mempertahankan kearifan lokal melawan globalisasi pada masyarakat Indonesia kini. Pembangunan jati diri juga dapat memperkuat nilai identitas bangsa dengan diresapi secara mendalam oleh masyarakat untuk menjalankan nilai – nilai yang sebenarnya adalah nilai – nilai asli yang dimiliki oleh leluhur kita dahulu.

Caranya dengan menanamkan nilai – nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda. Lewat pendidikanlah pembangunan jati diri dapat dilakukan sehingga sangat perlu sekali adanya mata pelajaran yang membawa nilai – nilai lokal didalamnya. 

Dunia internasional sangat menuntut demokrasi, hak asasi manusia, lingkungan hidup menjadi agenda pembangunan di setiap negara. Isu-isu tersebut dapat bersinergi dengan aktualisasi dari filosofi budaya ‘hamemayu hayuning bawana’ yang mengajarkan masyarakat untuk berbersikap dan berperilaku yang selalu mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan dalam melaksanakan hidup dan kehidupan agar negara menjadi panjang, punjung, gemah ripah loh jinawi, karta tur raharja (Suryanti, 2007).  

Kesimpulannya Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. kearifan lokal diketahui adalah hasil cipta karya anggota masyarakat atau kelompok dengan melalukan serangkain ujian yang disesuaikan dengan kelompok karena kelompoklah yang paling mengetahui tentang segalanya yang sesuai dengan kebutuhan kelompok.

Nilai – nilai barat yang dibawa oleh proses globalisasi harus disikapi dengan bijaksana oleh masyarakat. Meskipun dalam kenyataannya nilai – nilai kearifan lokal yang mendasari kehidupan masyarakat kini telah bercampuraduk dengan nilai – nilai barat. Serta adanya pelemahan terhadap nilai – nilai lokal oleh nilai – nilai barat untuk itu perlu adanya strategi jitu yang mampu mempertahankan nilai – nilai kearifan lokal di era globalisasi kini.

Strategi – strategi tersebut diharapkan muncul kesadaran oleh masyarakat sendiri untuk melakukan perbaikan jati diri bangsa yang lebih nasionalis lagi dan menggunakan nilai – nilai kearifan lokal sebagai pedoman hidup atau mensinergikan nilai – nilai kearifan lokal dengan nilai – nilai barat yang dibawa oleh proses globalisasi. 

Permasalahan terpenting adalah menempatkan nilai-nilai global seiring dengan nilai-nilai lokal, salah satunya kearifan lokal. Kearifan lokal dapat menjadi kontrol atas terpaan nilai-nilai global. Di satu sisi kita tidak menjadi ketinggalan jaman, sementara di sisi lain tetap menghormati produk budaya yang merupakan hasil revitalisasi pengetahuan, pemahaman, dan adat-istiadat yang menjadi panutan sehingga tidak kehilangan arah dan jati diri.

Sumber: 
MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL DI ERA GLOBALISASI
Fikry Zuledy Pamungkas, Universitas Jember.
foto: Maxmanroe.com