gudnyus
18 April 2020, 16:31 WIB
Last Updated 2020-06-20T06:32:16Z
RagamWow

Jangan Parno dan Stres, Aku Habis Kena Corona Tapi Sembuh

Advertisement


Gudnyus.id - Banyaknya info yang tersebar tentang virus corona (COVID-19) sangat memungkinkan akan memengaruhi kesehatan mental. Rasa takut, stres, panik atas kematian atau kehilangan orang-orang tercinta tak bisa dielakkan.

Meski harus bersikap waspada, sebaiknya kita menjauhi kekhawatiran berlebih terhadap Covid-19 tersebut. Jangan sampai sikap paranoid dan stres justru membuat daya imun tubuh menjadi lemah dan mudah terserang penyakit.

Pentingnya menjaga pikiran dan daya tahan tubuh di tengah pandemi corona telah dibuktikan oleh beberapa orang. Seperti pada tulisan berjudul "Aku habis kena corona mas" yang diposting Inensa Khoirul Harap melalui akun facebooknya:
 
Aku habis kena corona mas
JEGLAARRR!!!!!
Itu pengakuan seorang sahabat dari salah satu kota di pulau Jawa padaku via sambungan telfon tadi pagi.

"Kapan?", tanyaku

"Akhir maret", jawabnya

"Sekarang gimana?"
"Alhamdulillah sudah sembuh, tapi kalau buat naik turun tangga masih ngos ngosan", jawabnya lagi.

Kemudian mengalirlah percakapan antara aku dan dia. Tentang bagaimana dia bisa bertahan hidup. Bagaimana dia melewati fase cemasnya. Dan bagaimana respon masyarakat sekitar rumahnya.

Untuk gejala. Persis seperti yang dibilang di jurnal-jurnal kesehatan. Batuk kering parah plus demam. Dipakai ngomong dikit sudah ngos-ngosan. Dan itu berjalan enam hari.

Yang dia lakukan selama enam hari adalah mengikuti semua advis dokter, menyadari keluar masuknya nafas, menguninstall wa dan fb.

"Kenapa di uninstall?", tanyaku.

"Banyak banget yang japri aku, awalnya kuladeni, lama2 aku jengah. Mereka cuma basa basi nanya, tapi tidak hadir memberikan bantuan riil padaku maupun keluargaku. Salah-salah, malah chatku dijadikan alasan buat lebih menstigma keluargaku mas".

"Keluarga gimana?"
 
"Istri dan anak langsung karantina mandiri. Alhamdulillah test mereka negatif semua. Ibu yang kasihan mas, nangis terus tiap hari. Kabar yang beredar di wa makin serem. Katanya aku sudah ventilatoran. Ada yg bilang aku sudah dimakamkan diam2. Ada yang bilang keluargaku positif semua. Kasihan ibu. Toko sembako milik keluarga langsung ga laku sama sekali, padahal tidak pernah sekalipun aku ke toko ibu sejak tertular sampai saat ini. Tapi ibu hebat, nda cerita sama sekali ke aku ketika aku di rumah sakit. Ga nyangka stigma itu begitu menyeramkan"

"Tapi sekarang sudah sembuh kan?"
 
"Alhamdulillah sudah mas. Cuma masih ngongsroh kalau dipakai naik turun tangga. Tapi ya better banget lah. Pas ngamar kemarin, malah dipake ngomong sedikit saja sudah tersengal-sengal. Benar-benar meditasi nafas enam hari enam malam. Jaga pikiran biar ga stress. Menyadari betapa berharganya tiap udara yang masuk dan keluar. Nafsu makan turun drastis. Bobotku hilang 5kilo mas. Dzikir terus. Dan oh iya, sama pasrah kalau sewaktu2 nyawa ini diambil. Baru kali ini saya merasa benar-benar di depan pintu kematian mas".

"Tapi keren ya, kamu bisa menang lawan corona, muwantaaapp"
 
"Hehehehe yaa gitu deh mas. Intinya jangan sampai stres, cemas, denial, terima saja apa adanya, ngalir, waktunya mati ya mati toh, ga bakal bisa diundur atau dimajukan. Sekarang alhamdulillah sudah bisa kumpul bareng keluarga. Cobaan berat sudah berlalu. Hehehe"

Dan ditambah sedikit basa basi. Kami mengakhiri percakapan telfon.

Begitulah. Wabah ini nyata. Menakutkan iya memang. Tapi jangan sampai paranoid berlebihan.

Waspada boleh, paranoid jangan. Dan yang terpenting, semoga selalu bersama RidhoNya.

Foto: freepik.com