gudnyus
31 Agustus 2020, 19:53 WIB
Last Updated 2020-08-31T12:53:14Z
Literasi

Perkembangan Startup di Indonesia

Advertisement


Gudnyus.id - Terminologi startup disematkan pada entitas usaha rintisan berbasis teknologi terkini yang pada masanya dianggap ajaib, karena mampu menyodorkan alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah publik atau meringankan beban keseharian orang modern.

Lembaran sejarah startup digital mulai dicatat pada tahun 2010, ketika Tokopedia menjadi usaha rintisan pertama di Indonesia yang mendapatkan kucuran modal ventura Seri-A. Menyusul berikutnya, toko belanja daring milik Telkom, yaitu Plasa.com -- kini Blanja.com -- juga yang mendapatkan suntikan modal ventura.

Pada tahun-tahun berikutnya, bermunculan usaha rintisan digital yang tidak hanya bergerak di sektor e-commerce. Bak jamur di musim penghujan, startup lokal Indonesia menyebar di layanan pesan instan, permainan, software as a service, artificial intelligence, travel, transportasi, pendidikan, kesehatan, hingga keuangan atau teknologi finansial.

Berdasarkan laporan MIKTI dalam daftar Mapping dan Database Startup Indonesia 2018, terdapat 992 startup lokal Indonesia. Separuhnya berkedudukan di Jabodetabek dengan 522 startup, kemudian disusul Sumatera (115), Jawa Timur (113), Daerah Istimewa Yogyakarta (54), dan Jawa Barat (44) pada urutan kelima. Terbanyak bergerak di kategori e-commerce, yaitu 352 startup (35,48%), 55 startup online game (5,54%), 53 startup teknologi finansial (5,34%), dan lain-lain (53,63%).

Persaingan yang ketat hingga respon masyarakat yang dinamis pada akhirnya menguji daya tahan startup lokal. Memang banyak yang tumbang atau gulung tikar akibat modal minim. Perputaran kucuran dana masih didominasi modal ventura asing yang berani menggelontorkan dana dibandingkan dengan mekanisme pinjaman konvensional perbankan.

Namun kondisi itu pulalah yang melahirkan startup kelas unicorn, bahkan decacorn dari Indonesia. Unicorn adalah status usaha rintisan yang memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun. Sedangkan decacorn untuk valuasi di atas US$ 10 miliar atau setara Rp 141 triliun.

Menurut laporan firma analis perusahaan CB Insights dalam daftar The 2019 Global Unicorn Club, kelima startup unicorn Indonesia adalah Tokopedia dengan valuasi US$7 miliar, OVO (US$ 2,9 miliar), Bukalapak (US$ 2,5 miliar), Traveloka (US$ 2 miliar), dan Go-Jek (yang saat ini telah naik status). Penyandang status decacorn diraih super-app Go-Jek yang memiliki valuasi US$ 10 miliar.

Diawali sebagai aplikasi layanan ojek online pada tahun 2010, Go-Jek tumbuh dan berkembang menjadi super-app dengan lebih dari 20 layanan, diantaranya layanan pembayaran tagihan, logistik, finansial, jasa kebersihan, jasa pijat, pesan-antar makanan dan barang, tiketing, perbaikan elektronik, hingga pembelian resep obat-obatan.

Sebagai pembanding di pasar global, pesaing Go-Jek terdekat adalah Grab dengan valuasi US$ 11 miliar. Sementara, valuasi terbesar untuk startup transportasi online (daring) dipegang Uber dengan nilai mencapai US$ 72 miliar dolar.