gudnyus
28 Juni 2019, 13:23 WIB
Last Updated 2019-06-28T06:23:18Z
Insight

Sarjana Pengangguran Meningkat, Wahai Mahasiswa Segeralah Berbenah Diri

Advertisement

Gudnyus.id - Berdasarkan data faktual pengangguran yang dirilis BPS, tingkat pengangguran cenderung turun. Namun untuk lulusan pendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana), tingkat pengangguran justru meningkat.

Dalam data tersebut dituliskan penyebabnya, yaitu karena:
  1. Skill yang dimiliki lulusan Diploma dan Sarjana gak dibutuhkan Industri
  2. Mereka minta gaji ketinggian
  3. Sedikit industri yg mau memperkerjakan mereka
Mari kita coba melakukan refleksi lebih dalam lagi.

Berdasarkan observasi saya sejauh ini terhadap mahasiswa di bidang saya (manajemen), kebanyakan mereka itu masih belum dewasa, masih seperti anak SMA yang belum paham makna tanggung jawab. Kuliah hanya ikut-ikut tren (teman) dan sekedar gaya-gayaan.

Orientasi mereka, yang penting dapat ijazah dan nanti dapat gelar SARJANA padahal gak pernah berproses. Wisuda foto-foto lempar toga segala, merasa telah jadi sarjana, padahal selama kuliah ga belajar apa-apa dan gak paham apa-apa.

Selama 3-4 tahun kuliah, skill terhebat yang mereka kuasai adalah main handphone di dalam kelas ketika sedang kuliah (padahal kuliahnya tidak membutuhkan perangkat). Atau skill plagiat copy paste google ketika mengerjakan tugas yg bs selesai sehari semalam. Atau skill berkamuflase ala ninja konoha ketika ujian sehingga gak ketahuan mencontek. Skill itu tidak dibutuhkan industri. Kecuali mungkin industri penjahat.

Para mahasiswa ini, yang kalo di kelas sukanya main handphone, yang kalo ngerjain tugas sukanya dikerjain sehari semalam, yang suka plagiat alias copas google, yang kalo ujian sukanya mencontek, ketika dapat nilai jelek, mereka bukannya menyalahkan diri mereka sendiri tetapi malah menyalahkan dosennya. Katanya dosennya pelit nilai lah, killer lah dan seterusnya.

Mereka membangun ekspektasi nilai tanpa berkaca diri. Maunya dapat nilai A tanpa mau berkaca "saya sudah berbuat/belajar apa?". Gak heran ketika kerja mereka gak sadar diri, gak bisa apa-apa tapi maunya gaji tinggi. Siapa yang mau berkerja dengan orang seperti ini?

Saya pernah dengar keluhan dari seorang manajer perusahaan sepatu tentang rekrutan baru dari sebuah PTN paling ternama di Indonesia. IPK nya tinggi, tapi gak bisa disuruh buat laporan. Ga bisa mengoperasikan fungsi Excel. Alamak!

Katanya lulusan pendidikan tinggi kalo kerja target levelnya manajerial. Tetapi, buku saja ga dibaca. Kalo memberikan solusi juga terlalu "common sense", maksudnya gak usah kuliah orang juga udah tahu. Misal, ketika melihat adanya masalah penurunan penjualan, solusinya kata mereka adalah harus inovasi. Sudah itu saja solusinya. Tidak tahu inovasi seperti apa? apa yang harus diinovasikan? bagaimana melakukannya?

Padahal industri butuh skill manajerial dari lulusan pendidikan tinggi. Diantara skill manajerial salah satu atau salah duanya adalah problem-solving, mengerti "know-how". Skill tersebut bisa di dapat salah satu caranya adalah dengan membaca buku.

Dari kacamata industri, mungkin jelas lebih menguntungkan jika memperkerjakan lulusan SMK. Karena mereka sudah siap kerja, punya skill yang jelas bukan kaleng-kaleng. Kebanyakan dari mereka juga sadar diri ga kebanyakan gaya. Meskipun masih ada juga yang sebaliknya.

Para mahasiswa, ayo berbenah diri. Masa depanmu itu ditanganmu sendiri. Jika ingin perubahan, rubahlah dulu diri sendiri. Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sampai mereka merubah keadaan pada diri mereka sendiri" (QS. Ar-Ra'd: 11)

LinkedIn: Hendy Mustiko Aji
Instagram: hendymustikoaji
Foto: Youthtimes.com.pk