gudnyus
13 Agustus 2019, 11:27 WIB
Last Updated 2020-06-20T06:48:22Z
InsightPuisi

Amsakar Achmad, Belajar Pada Tantangan dan Tungkus Lumusnya Kehidupan (2)

Advertisement



Gudnyus.id - Dua peristiwa yang demikian mengharukan terjadi menjelang Amsakar melaksanakan ujian kenaikan kelas. Pertama; Amsakar, Yuswar dan Juspan (kakak kelasnya yang oleh orang kampung biasa dipanggil Rek dan sekarang sudah alm.) pulang lewat Betong dan Air Mas.

Ternyata di tengah jalan, sepeda boncengan yang dipergunakan Amsakar dan Yuswar bocor, sehingga terpaksa kami bertiga harus berjalan kaki selama kurang lebih 6 jam 30 menit. Sampai ke rumah hampir pukul 00.00 Wib. Pada saat inilah, rasa galau, risau, sedih, bergumpal jadi satu yang kemudian memunculkan tetesan air mata bagi kami bertiga.

Kedua: ketika Yuswar tetap melanjutkan sekolah sedangkan Amsakar tidur di Bukit Belah, hujan tiba-tiba datang dengan sangat lebatnya. Saat itu, pak long An yang bekerja sebagai pendulang timah terpaksa berhenti di Bukit Belah. Lalu beliau melihat sepeda yang digunakan oleh Amsakar ada sedangkan pemiliknya tidur di atas ”pare”.

Lalu pak long An melaporkan peristiwa tersebut kepada Ayahnya Achmad Jubil. Malamnya Amsakar dipanggil dengan disertai ceramah yang kelak senantiasa muncul dan terngiang-ngiang di telinga. Inti ceramah almarhum ayahnya begini:

”Milu, pak ngah dapat laporan dari pak long An kau bahwa tadi kau tak sekolah tapi tidur di Bukit Belah, betul tak? Sekarang pak ngah nak tau, kau ni nak sekolah atau tidak? Kalau nak jadi preman, mata kau sudah siap dicongkel tak? Kalau nak jadi penjudi, biar pak ngah antar kau ke Langkap, tapi kalau nak sekolah, sekolahlah betul-betul”.

Kendati harus bertungkus lumus dan biasa tidur sampai subuh karena harus mengangkat barang-barang dari kapal (hentry dan adil baru) --orang di kampung menyebutnya buruh liar--, Amsakar tetap mampu menyelesaikan SMP nya dengan tepat waktu. Walau harus disadari bahwa selama mengecap bangku SMP ini, Amsakar tidak memiliki prestasi yang berarti.

[Bersambung...]