gudnyus
15 September 2019, 07:38 WIB
Last Updated 2019-09-15T00:38:07Z
Wow

Tinggal di Kota Rentan Terkena Sakit Jiwa, Ini Cara Menjaga Kesehatan Mental

Advertisement

Gudnyus.id - Menjaga kesehatan mental atau jiwa sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Namun banyak orang, bahkan pemerintah, belum memberikan perhatian sungguh-sungguh terhadap permasalahan kesehatan mental.

Beban penyakit mental di tanah air terhitung cukup besar. Sekitar 1 juta pasien gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien gangguan jiwa ringan tercatat dalam Riskesdas 2014. Meningkatnya jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia, dan nyaris di seluruh dunia, disebabkan pesatnya pertumbuhan hidup manusia, serta beban hidupnya.

Di kota metropolitan, masyarakat umumnya rentan terkena sakit jiwa, seperti depresi, alkoholisme, gangguan bipolar, skizofrenia, dan obsesif kompulsif. Sebetulnya, ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita praktikkan untuk mendeteksi dan membantu menjaga kesehatan mental kita. Berikut beberapa cara yang bisa kamu coba:

1. Mengenali diri sendiri
Setiap orang unik, sehingga mengenali kebiasaan sendiri saat merasa sehat, dapat membantu kita lebih cepat untuk mendeteksi gangguan mental dalam diri. Kita dapat mencatat berapa lama biasanya butuh tidur, tak peduli apakah kita termasuk tipe manusia pagi atau doyan begadang; seberapa banyak energi yang kita butuhkan untuk masing-masing aktivitas, atau seberapa sering kita merasa lapar.

Perubahan dramatis dalam kebiasaan-kebiasaan ini dapat menunjukkan terjadinya tekanan secara emosi atau mental. Ini juga bisa dilakukan orang tua terhadap kebiasaan-kebiasan anaknya untuk mendeteksi ganguan mental pada anak.

2. Mengambil waktu untuk diri sendiri

Sekarang adalah masanya dunia terasa berputar lebih cepat, tuntutan dari keluarga, lingkungan, maupun pekerjaan lebih banyak, informasi berseliweran lebih banyak dari berbagai media, terutama dari internet. Karenanya, orang juga jadi lebih mudah terkena stress.

Ambillah waktu waktu setiap hari hanya untuk bersantai dan melakukan apa pun yang kita sukai. Bisa sekedar mandi air hangat, mendapat perawatan tubuh di salon, dipijat, atau melakukan hobi. Jangan pernah merasa egois ketika melakukan hal ini, terlebih saat tenaga kita sangat dibutuhkan keluarga atau kantor. Kita toh akan menjadi kurang berguna juga kalau stress atau kelelahan.


3. Bebas dari segala jenis layar
Sebisa mungkin, jauhkan segala macam teknologi, seperti ponsel, computer jinjing, tablet, atau TV dari kamar tidur atau hindari mengaktifkan alat-alat tersebut barang dua jam setiap hari. Anda yang kecanduan media sosial mungkin tergoda untuk mengecek kabar terbaru di linimasa, tapi percayalah, terus-menerus terhubung dengan teknologi seperti itu hanya akan mempengaruhi kualitas tidur. Kualitas tidur yang baik sangat penting bagi kesehatan mental.

4. Menulis

Saat stress, kita sulit untuk fokus. Kadang banyak ide berseliweran di kepala, tapi sulit sekali untuk diraih atau dijabarkan. Coba pindahkan ide-ide atau pikiran itu ke dalam tulisan. Bisa dalam bentuk daftar tugas atau to do list, bisa juga dalam bentuk jurnal. Kegiatan menulis ini bisa menjadi sangat katarsis.

5. Berolahraga

Pikiran dan tubuh kita sangat berhubungan. Kesehatan fisik berpengaruh terhadap kesehatan mental. Demikian pula sebaliknya. Berolahraga telah terbukti membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan, selain tentunya membantu menjaga kesehatan fisik. Berolahraga di luar ruangan sangat disarankan karena dengan begitu, Anda juga bisa mendapatkan udara segar yang ideal. Berolahraga minimal 30 menit per hari sudah cukup.

6. Mengurangi minuman beralkohol
Banyak orang yang mengobati dirinya sendiri dari gangguan jiwa dengan minum minuman beralkohol atau minum obat penenang, padahal dampaknya hanya sementara saja dan akibat jangka panjangnya justru bisa lebih parah. Alkohol tergolong depresan atau mengandung zat yang mampu menekan pusat syaraf, yang justru dapat menyebabkan penyakit mental.

7. Bicara dan mendengarkan

Penelitian memperlihatkan, pasien yang menderita kanker, atau bahkan sekedar patah tulang, akan merasa lebih berani atau tidak terlalu khawatir akan penyakitnya ketika membicarakan hal itu bersama keluarga, teman, dokter, atau siapa pun. Menceritakan penyakit yang mereka derita pun membuat mereka merasa bebannya terangkat.

Sumber: kemkes.go.id
Foto: pixabay.com