7 Januari 2020, 21:25 WIB
Last Updated 2020-01-07T14:25:28Z
Insight

Era Revolusi Industri 4.0, Terus Tumbuhkan Budaya Literasi

Advertisement
Gudnyus.id - Dalam dunia pendidikan, literasi merupakan hal yang tidak dapat dilepas dan dipisahkan. Literasi menjadi bagian penting selama kita menempuh jenjang pendidikan. Menurut Goody, literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis. 

Pendapat tersebut sesuai dengan makna yang tercantum dalam kamus online Merriam-Webster, yang menjelaskan bahwa literasi berasal dari bahasa Latin "literature" dan bahasa Inggris "Letter". Namun, literasi tidak hanya berkutat pada membaca dan menulis.

Literasi tidak akan lepas dari buku, karena berliterasi dikatakan saat kita membaca sebuah buku. Selain itu, literasi bukan hanya dengan membaca buku saja, tetapi berliterasi juga bisa dilakukan pada saat kita membaca kejadian yang sedang terjadi disekitar kita. Literasi juga merupakan kemampuan setiap individu dalam menggunakan potensi, minat dan bakat yang ia miliki

Di era digital saat ini, untuk bisa membaca kita tidak harus pergi ke perpustakaan dan tidak harus membeli untuk bisa membaca sebuah buku. Dengan gadget yang berada digenggaman kita yang dilengkapi dengan segudang aplikasi yang dapat kita gunakan untuk berliterasi, kita dapat menggunakan fasilitas tersebut yang dengan mudah dapat kita akses dimanapun dan kapanpun kita berada. Jadi, tidak ada alasan kita untuk tidak berliterasi. 

Selain membaca, kata lain dari literasi adalah menulis. Iman Al-Ghazali pernah mengatakan “Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Meskipun kita bukan orang yang terkenal, dengan menulislah kita bisa jadi orang yang dikenal. Karena berkat tulisan kita itulah kita di kenal orang.

Dengan menulis kita juga memberikan manfaat untuk diri kita sendiri untuk berliterasi lebih banyak lagi. Seperti kutipan dari Pramoedya Ananta Toer “Menulislah, selama engkau tidak menulis engkau akan hilang dari masyarakat dan pusaran sejarah”.
Adapun kutipan lain yang mengatakan "Jika ingin mengenal dunia, membacalah. Jika ingin dikenal dunia, menulislah!" 

Banyak yang berkata bahwa menulis adalah sebuah bakat. Pernyataan itu tidak sepenuhnya tepat. Karena menulis adalah kemampuan yang diperoleh dari latihan serta dipraktikkan setiap hari dengan tekun dan sungguh-sungguh

Tidak ada jalan pintas untuk menjadi penulis. Semoga ide pokok pikiran, serta gagasan yang dituangkan dalam sebuah tulisan memulai proses yang panjang, mulai dari membaca, mengamati serta menganalisis yang dilakukan dengan tekun.

Di zaman teknologi  yang dapat kita gunakan setiap saat, literasi masyarakat indonesia masih sangat rendah. Bukan saatnya lagi kita ditunggangi teknologi, akan tapi kita seharusnya yang membuat teknologi itu sendiri dapat menjadikan senjata bagi masyarakat Indonesia untuk mencerdaskan dan menumbuhkan budaya literasi di Indonesia. 

Bahkan anggota dewan pers Agus Sudibyo pernah menyarankan literasi media dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan guna membendung dampak teknologi baru. Rendahnya minat berliterasi masyarakat Indonesia inilah merupakan salah satu faktor mengapa sampai saat ini kualitas pendidikan Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. 

Berliterasi sangatlah mudah, namun kesadaran dan keinginan inilah yang masih sulit ditumbuhkan.
Berkaitan dengan sebuah kutipan “mengubah kehidupan” tentu akan dihadapkan dengan tuntutan kompetisi yang harus dikuasai oleh setiap individu supaya tetap bertahan dan bersaing di era modern ini. 

Peningkatan kompetisi dapat dilakuakan dengan banyak cara, namun yang menjadi dasar utama adalah peningkatan pengetahuan yang diperoleh dari berliterasi. Oleh karena itu, kemampuan dasar membaca dan menulis menjadi hal yang wajib dikuasi setiap manusia saat ini. 

Terus tingkatkan pengetahuan dan wawasan kita dengan berliterasi. Cerdaskan diri dan orang lain agar kita terus menjai bangsa yang maju.

Foto: pixabay.com