Bhama
13 Februari 2020, 13:18 WIB
Last Updated 2020-02-13T06:18:13Z
Insight

Pola Asuh Yang Salah Bisa Sebabkan Remaja Mengalami Depresi

Advertisement

Gudnyus.id
- Remaja perlu dipersiapkan sejak dini baik secara mental maupun secara spiritual. Secara mental remaja diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi diantaranya hambatan, kesulitan, kendala dan penyimpangan dalam kehidupan termasuk dalam kehidupan sosial sesuai dengan tugas perlembangan yang dilaluinya. 

Remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan peran barunya tersebut dapat membuat dirinya labil dan emosional bahkan dapat membuat frustasi dan depresi. Remaja agar tidak mengalami frustasi dan depresi dalam memikul tugas perkembangannya maka sangat diperlukan peran dan bantuan dari orang tua yang berupa pola pengasuhan.

Perkembangan pada hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri yaitu untuk secara aktif mengatsi stres dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah (Sarwono, 2011). 

Berbagai bentuk masalah antara diri individu remaja dengan rangsangan dari luar ini merupakan bagian dari tugas perkembangan yang harus dijalani oleh remaja sebagai bagian dari lingkungannya (Sarwono, 2011). 

Serta pertumbuhan fisik masa remaja akan diikuti oleh adanya gejolak dan permasalahan baik secara medis maupun psikososial (Sofia, 2009). 

Peran orang tua dalam hal ini dapat berupa bentuk pola asuh yang diterapkan. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. 

Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dengan anak dalam berinteraksi, serta berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

Kejadian depresi pada remaja akan sangat berbahaya karena dapat berakibat pada sulitnya remaja untuk konsentrasi atau penurunan daya ingat, hilangnya semangat, perasaan senang dan minat yang tentunya dapat berimplikasi pada pelajaran di sekolahnya (Yosep, 2007).

Menurut penelitian Hapsari (2006) menemukan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di SMA Negeri 1 Ungaran sebagian besar adalah dalam kategori demokratis yaitu sebanyak 92,5 %. Orang tua membiasakan kepada anak untuk selalu bermusyawarah tentang tindakan-tindakan yang harus diambil dan menerangkan alasan peraturan yang dibuatnya. 

Pola asuh demokratis sendiri merupakan suatu bentuk pola asuh dimana anak diberikan suatu kebebasan tetapi orang tua tetap memberikan batasan-batasan untuk mengendalikan sikap dan tindakan-tindakan mereka (Sochib, 2008). Dalam metode demokratis ini komunikasi biasanya berlangsung timbal balik dan berlangsung hangat antara kedua belah pihak.

Pola asuh demokratis yang berhasil biasanya akan membawa dampak kepada hubungan yang saling menghargai, kontrol yang tepat, percaya diri meningkat dan sikap yang asertif antara anak dengan orang tua serta lingkungan sekitarnya.

Kesimpulannya, Remaja diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dengan  baik dan mampu bersikap serta berperilaku sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dimasyarakat. Untuk mengatasi permasalahan yang ada sebaiknya remaja melibatkan orang 

Sebaiknya orang tua menjadikan remaja sebagai sosok teman dan mengakui sebagai seorang individu yang menginjak dewasa, menghargai perbedaan pendapat dan mengajak berdiskusi secara terbuka.  

Orang tua diharapkan juga dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi putra-putri mereka sehingga remaja dapat merasa nyaman, aman dan penuh dengan limpahan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Penerapan pola asuh orang tua dapat memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih setiap keinginannya namun tetap dengan memberikan bimbingan yang benar. 

Sumber:
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT DEPRESI REMAJA DI SMK 10 NOVEMBER SEMARANG
Yuhanda Safitri, Ns Eny Hidayati, S.kep. M.Kep, Universitas Muhammadiyah Semarang
Foto: Pexel.com