10 Februari 2020, 17:10 WIB
Last Updated 2020-02-10T10:10:18Z
Insight

Sampai Kapan Bintang Di Langit akan Terus Menyala?

Advertisement

Gudnyus.id - Di keningan malam saat kamu sedang galau, senang, atau sekedar mencari angin, pernahkah terbesit di pikiranmu saat menatap ke langit memperkirakan umur bintang? Mungkin pernah ya, atau bahkan sampai sekarang masih memikirkannya dan belum menemukan jawabannya.


Alam semesesta ini masih menyimpan misteri yang masih belum terpecahkan oleh akal manusia dan membuat kita bertanya-tanya, salah satu pertanyaan itu adalah berapakah usia bintang di langit yang biasa kita lihat di syahdunya malam?


Usia bintang ditentukan oleh massanya.
Bintang yang massanya lebih besar akan dihancurkan oleh gaya gravitasi yang besar, sehingga bersinar lebih terang. Dengan begitu, penggunaan nitrogens ebagai bahan bakarnya pun besar, sehingga usianya cepat berakhir.


Semakin besar massa bintang, semakin pendek usianya. Sebaliknya, semakin kecil massa bintang, semakin panjang usianya. Usia bintang dengan massa sebesar massa Matahari kira-kira 10 miliar tahun. Usia bintang yang massanya 2 kali massa Matahari kira-kira 1 miliar tahun. Sedangkan usia bintang yang massanya 5 kali massa Matahari kira-kira 100 juta tahun.

Perbedaan massa bintang juga menyebabkan perbedaan kondisi akhirnya. Bertambahnya usia bintang menyebabkan penggunaan bahan bakar bertambah sehingga bintang itu mengembung, lalu suhunya turun. Kemudian berubah menjadi Super Giant (bintang raksasa).

Beberapa pakar astronomi mengklaim bahwa umur sebuah bintang dapat ditetapkan dari kecepatan berputarnya. 
Berdasarkan penelitian sebelumnya, para ahli mengetahui bahwa perputaran bintang melambat seiring dengan waktu. Namun, penelitian tersebut kurang mendapat sokongan data untuk membuat perhitungan yang tepat.
Untuk pertama kalinya, sebuah tim asal Amerika Serikat mengukur kecepatan gerakan bintang yang berusia lebih dari satu miliar tahun - dan hasilnya tepat seperti prediksi mereka.
Temuan ini menjawab pertanyaan lama dan memungkinkan para astronom memperkirakan usia sebuah bintang hingga 10%. Penelitian ini ditampilkan pada pertemuan American Astronomical Society di Seattle dan muncul dalam jurnal ilmiah Nature.
Menetapkan usia bintang adalah pertanyaan penting di bidang astronomi – sama halnya seperti menetapkan usia fosil sangat penting untuk mempelajari evolusi. Metode ini berlaku untuk “bintang dingin” – bintang yang lebih kecil atau sebesar matahari. Mereka adalah bintang yang paling umum dan bertahan paling lama di galaksi kita.
“Mereka bertindak sebagai lampu, menyinari bahkan bagian tertua dari galaksi kita," kata penulis senior Dr Soren Meibom dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.
Bintang dingin juga mengelilingi beberapa planet yang mirip dengan bumi. Karakteristik sebuah bintang - seperti ukuran, massa, kecerahan dan temperatur – kebanyakan tetap sama selama sebagian besar usianya. Inilah yang mempersulit perhitungan usia sebuah bintang. Solusi yang menggunakan kecepatan berputar sebagai perhitungan usia bintang pertama kali diusulkan pada tahun 1970-an dan baru diberi istilah “gyrochronology” pada 2003.
"Sebuah bintang yang dingin berputar sangat cepat ketika masih muda. Namun, seperti gasing, lama-lama gerakannya melambat,” kata Dr Meibom.
Tetapi ternyata sangat sulit untuk melihat perputaran bintang. Para astronom menggunakan bintik matahari, namun itu hanya meredupkan cahayanya kurang dari 1%. Bintang yang lebih tua lebih susah dilihat karena mereka memiliki bintik yang lebih kecil dan jarang.
Tim Dr Meibom menggunakan gambar dari teleskop ruang angkasa untuk mengukur kecepatan putar 30 bintang di gugusan yang diketahui berumur 2,5 miliar tahun.
Ada beberapa teori dari berbagai ilmuwan astronomi yang dipakai dalam menentukan usia bintang. Semua ilmu tersebut terus berkembang hingga sekarang, membuat semakin penasaran dan haus akan ilmu pengetahuan. Semoga info di atas menambah pengetahuan kita.
Foto: Pixabay.com