5 Maret 2020, 08:30 WIB
Last Updated 2020-03-05T01:30:46Z
Insight

5 Teori Dibalik Lenyapnya Dinosaurus Dari Muka Bumi

Advertisement
Gudnyus.id - Kita pasti pernah membaca atau menonton film seputar dinosaurus. Hewan purba yang konon memiliki ukuran yang sangat besar ini tak bisa lagi kita lihat alias sudah punah. Keberadaan dinosaurus diperkirakan ada karena peninggalan tulang-belulangnya berupa fossil yang diteliti oleh arkeolog dan ilmuan lainnya. Lalu muncul pertanyaan di benak kita, kenapa hewan purba tersebut bisa lenyap dari muka bumi? berikut teori yang menguatkan hal itu.

1. Teori Pemanasan Global
Dinosaurus sudah punah secara bertahap jauh sebelum hantaman batu raksasa pada planet ini sekitar 65 juta tahun lalu. Penyebabnya adalah pemanasan global dan kenaikan permukaan air laut.  Teori ini disebut-sebut penyebab punahnya dinosaurus di muka bumi.

Para ilmuwan juga berpendapat bahwa sepanjang sejarah bumi terdapat banyak zaman es. Yang terakhir terjadi sekitar 10.000 tahun yang lalu. Zaman es yang sangat parah bisa mengubah suhu menjadi beku. Dinosaurus tidak akan mampu hidup dalam kondisi seperti ini, dan menyebabkan kepunahan.

Beberapa ilmuwan berpikir bahwa teori asteroid dan vulkanik berkontribusi terhadap perubahan iklim secara bertahap dan dan perubahan permukaan air laut. Terlepas dari apa yang menyebabkan kepunahan dinosaurus, naiknya permukaan air laut menandai akhir dari masa dominasi Tyrannosaurus rex yang mematikan dan membuka pintu bagi mamalia untuk cepat mengalami diversifikasi dan berkembang. Naiknya permukaan laut telah membatasi gerak dinosaurus, sehingga perlahan-lahan mereka mengalami keterbatasan makanan, dan akhirnya menuju kepunahan.

2. Teori Hantaman Meteor
Teori kedua menyebutkan, meteor yang jatuh di Semenanjung Yucatan, di kawasan tenggara Meksiko itulah yang memicu kepunahan massal. Meteor ini menyebabkan kebakaran raksasa, melontarkan serpihan debu ke langit dan memblokir sinar matahari selama ratusan juta tahun. 

Akibat hantaman meteor berukuran lebar sekitar 15 kilometer itu, muncul lubang selebar sekitar 200 kilometer. Pasir, debu dan material lain yang terlontar ke angkasa kemudian jatuh tersebar di permukaan bumi dan menghasilkan lapisan yang disebut dengan K-T boundary (lapisan yang menandai batas era Cretaceous dan the Tertiary).

Sepotong tanduk dinosaurus bisa menjawab perdebatan seputar apakah dinosaurus darat masih ada saat asteroid itu menabrak Bumi, 65 juta tahun lalu. Tanduk berukuran 45 sentimeter, kemungkinan milik seekor triceratops itu ditemukan di kawasan Hell Creek, Montana, Amerika Serikat.

Penemunya adalah Tyler Lyson, ketua tim peneliti dari Yale University. Ia menyebutkan, spesimen yang ditemukan itu berada hanya 13 sentimeter di bawah lapisan material yang disebabkan oleh tumbukan meteor. “Ini membuatnya menjadi fosil dinosaurus termuda yang pernah ditemukan,” ucap Lyson, seperti dikutip dari ABC, 13 Juli 2011.

Lyson menyebutkan, karena tanduk itu ditemukan di batu lumpur, kemungkinan jarak antara usia fosil itu dengan tumbukan asteroid bisa berselisih hanya 1 tahun saja. “Fosil ini menunjukkan bahwa dinosaurus non avian atau dinosaurus darat setidaknya masih hidup saat meteor menabrak Bumi,” kata Lyson.

Lyson menyadari bahwa penelitiannya tidak sepenuhnya membantah proses pemunahan bertahap. Akan tetapi ia yakin bahwa temuannya membantah salah satu teori yang menyebutkan bahwa dinosaurus lebih dulu punah sebelum hujaman asteroid.

Seperti diketahui, teori seputar punahnya dinosaurus akibat diperkenalkan 30 tahun lalu. Sejak itu, muncul perdebatan seputar apakah dinosaurus darat punah sebelum tabrakan terjadi. Temuan terbaru ini sendiri dipublikasikan di jurnal Biology Letters dari Royal Society.

3. Teori Perubahan Komposisi Udara
Analisa ilmiah sekarang membuat kita memahami, bahwa di masa yang telah lama lampau di mana bumi baru saja terbentuk, di udara sama sekali tidak ada oksigen, kandungan dioksida malah sangat tinggi. Seiring munculnya autotrof, fotosintesis mulai mengauskan dioksida dan proses pembuatan oksigen, dengan demikian mengubah lingkungan udara di bumi. Di saat yang sama, di satu sisi dioksida melalui penetapan organisme melalui sedimen lapisan batu bara dan minyak bumi, dan di sisi lainnya juga melalui ada tidaknya peluang bersedimen dengan menggunakan berbagai macam formula karbonat. Dan sedimen tersebut berlangsung terus-menerus.

Bukti menunjukkan, kekentalan dioksida masa Mesozoikum kehidupan dinosaurus sangat tinggi, sedangkan kekentalan dioksida Neozoikum selanjutnya malah agak rendah. Perubahan komposisi udara tersebut, apakah ada hubungannya dengan punahnya dinosaurus?

Sebagaimana diketahui setiap jenis organisme baru dapat hidup secara normal dalam lingkungan yang sesuai, perubahan lingkungan acap kali dapat mengakibatkan kesuburan dan kemunduran sebuah spesies. Saat lingkungan bermanfaat terhadap spesies tersebut, ia akan berkembang biak dengan subur; lingkungan sebaliknya, dapat merosot atau bahkan menjadi punah. Faktor lingkungan termasuk suhu, air dan faktor lainnya, bahkan termasuk komposisi udara. Namun, apakah perubahan pada komposisi udara dapat mempengaruhi kehidupan organisme? Jawabannya pasti. Misalnya, manusia berada di bawah lingkungan yang dioksidanya tinggi berisiko terhadap keselamatan jiwanya, bahkan ada sejumlah binatang yang lebih sensitif terhadap perubahan kekentalan dioksida dibanding manusia.

Masa Neozoikum kehidupan dinosaurus, kandungan dioksida di udara lebih tinggi, menunjukkan bahwa dinosaurus sangat cocok pada lingkungan udara yang kekentalan dioksidanya tinggi. Mungkin, hanya dalam lingkungan udara seperti itu, mereka baru dapat hidup dengan baik. Waktu itu, meskipun binatang menyusui telah muncul, namun mereka akhirnya tidak mengalami perkembangan besar, mungkin ini justru karena komposisi udara dan lingkungan lainnya sangat tidak menguntungkan terhadap mereka, karenanya mereka terus berada pada posisi yang lemah di masa Neozoikum, dan berkembang lamban.

Seiring dengan pergeseran waktu, setelah tiba di akhir zaman kapur, lingkungan udara mengalami perubahan besar, kandungan dioksida menurun, sedangkan kandungan oksigen bertambah, lingkungan yang tidak menguntungkan terhadap dinosaurus ini mungkin tercermin pada dua hal. Pertama, terjadi ketidaknyamanan pada tubuh dinosaurus, di bawah lingkungan yang baru, sangat mudah menjadi sakit, bahkan penyakit akan seperti wabah menyebar. Kedua, lingkungan udara yang baru lebih sesuai untuk kehidupan binatang menyusui, binatang menyusui menjadi lebih maju, penyaing adaptasi yang lebih kuat. Di bawah efek kedua faktor tersebut, dinosaurus akhirnya musnah. Sedangkan binatang melata lainnya merupakan minoritas spesies yang dapat menyesuaikan diri.

Teori perubahan komposisi udara yang menyebabkan punahnya dinosaurus tersebut memiliki dua titik awal. Pertama, komposisi udara masa Mesozoikum tidak sama dengan sekarang. Ilmu pengetahuan sekarang telah dapat membuktikan hal ini. Dan kedua, setiap jenis makhluk hidup memerlukan lingkungan udara yang sesuai, barulah dia dapat hidup. Ilmu pengetahuan sekarang juga tidak sulit untuk mengadakan pembuktian terhadap hal demikian.

Atmosfer pada zaman purbakala hampir tidak ada oksigen, sedangkan kandungan dioksida sangat tinggi. Belakangan, karena munculnya makhluk hidup, di bawah efek fotosintesis kandungan dioksida di atmosfer perlahan-lahan berkurang, dan kandungan oksigen perlahan-lahan bertambah, proses ini mungkin dapat menjelaskan sejumlah besar gejala dalam sejarah perkembangan makhluk hidup. Sebab binatang tidak dapat secara langsung menggunakan makhluk anorganik melakukan fotosintesis, sumbernya lebih terbelakang daripada sumber tumbuhan, harus mendapatkan kandungan oksigen di udara yang mencapai derajat setara.

4. Teori Vulkanik
Teori lain yang menjelaskan bagaimana dinosaurus punah adalah akibat aktivitas gunung berapi. Para ahli memperkirakan, bahwa peningkatan aktivitas vulkanik dalam skala besar menyemburkan abu tebal ke udara, sehingga menghambat sinar matahari dan menyebabkan kematian bagi hewan, termasuk dinosaurus.

Kedua hipotesis tersebut diatas tampaknya paling populer di kalangan ilmuwan. Namun, masih ada hipotesis lain tentang penyebab kepunahan dinosaurus.

aktivitas vulkanik di wilayah yang kini meliputi India, adalah sebab musabab kepunahan hewan raksasa itu. Yang memungkinkan manusia berevolusi dan menjadi penguasa dunia. 

Para ahli berpendapat, lava yang mengalir selama puluhan ribu tahun dari Deccan Traps, sebuah daerah vulkanik dekat Mumbai,  telah memuntahkan sulfur dan karbon dioksida beracun ke atmosfer, menyebabkan kepunahan massal lewat pemanasan global dan pengasaman lautan. 

Penemun tersebut, yang dipresentasikan Rabu 5 Desember lalu dalam pertemuan American Geophysical Union. Makin memperuncing perdebatan, apakah asteroid atau gunung api yang bertanggungjawab memusnahkan secara massal dinosaurus atau kepunahan K-T (Kapur- Tersier).

"Data kami adalah sebuah panggilan untuk penilaian ulang, apa yang sebenarnya menyebabkan kepunahan massal K-T," kata Gerta Keller, geolog dari Princeton University, yang terlibat dalam penelitian ini, seperti dimuat situs sains, LiveScience. 

Selama beberapa tahun, Keller telah menyatakan bahwa aktivitas gunung berapi lah yang membunuh dinosaurus. Sebaliknya, para pendukung hipotesis Alvarez meyakini, meteorit raksasa menghantam Chicxulub, Meksiko sekitar 65 juta tahun lalu, menyemburkan gas dan debu ke atmosfer, menutupi sinar matahari, membuat suhu bumi turun drastis. Debu juga membuat pada dinosaurus mati sesak nafas, meracuni lautan. Meteorit juga mungkin memicu aktivitas vulkanik, gempa bumi, dan tsunami. 

5. Cakram 'Dark Matter' (Materi Gelap)
Fisikawan di Amerika Serikat mengungkap teori bahwa kepunahan dinosaurus sekira 65 juta tahun lalu karena adanya cakram 'dark matter' (materi gelap). Galaksi Bima Sakti berbagi dengan 100-400 miliar bintang lainnya, yang berisi sebuah 'disc' atau cakram fenomena aneh yang dikenal sebagai materi gelap.

Para fisikawan percaya bahwa cakram materi gelap ini terjepit antara bagian sisi atas dan bawah galaksi. Saat matahari berputar di sekitar tepi luar galaksi, setiap 35 juta tahun sekali matahari bisa melewati cakram materi gelap ini dan memicu peningkatan hujan asteroid.

Hanya sedikit diketahui mengenai materi gelap. Ilmuwan yang menggunakan teleskop luar angkasa Fermi Gamma-ray menerima sinyal yang menyerupai materi gelap dari galaksi pusat. Peneliti kemudian memeriksa kawah meteor dengan diameter lebih dari 20 kilometer.

Randall dan Reece memeriksa kawah meteor ini yang pernah jatuh ke Bumi sekira 350 tahun lalu. Siklus hantaman asteroid terbesar ini diyakini terjadi setiap 35 juta tahun sekali saat matahari melewati cakram materi gelap.

Asteroid raksasa yang menyebabkan kepunahan dinosaurus telah menjadi alasan logis yang paling populer. Teori baru yang menyebabkan kepunahan dinosaurus ini menimbulkan kontroversi.

Coryn Bailer-Jones dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg mengatakan, materi gelap yang bertanggung jawab atas peningkatan frekuensi meteorit ini merupakan sebuah kemungkinan. Teka-teki yang belum jelas terungkap ialah, apakah matahari benar-benar melewati cakram materi gelap sejak kepunahan dinosaurus 65 juta tahun lalu.

Apakah kemungkinan matahari bisa melewati cakram materi gelap ini? Badan Antariksa Eropa dengan Gaia Mission akan mengonfirmasi kebenaran cakram materi gelap ini. Bila Badan Antariksa Eropa tidak menemukan materi gelap, maka teori baru ini akan mati.

Foto: pixabay.com