gudnyus
21 Juli 2020, 16:11 WIB
Last Updated 2020-07-24T09:12:50Z
Opini

Broken Home Menghancurkan Mental Anak

Advertisement

  • Penulis    : Mita Indah Sari

Mendengar kata broken home tentunya tidak asing dengan sebuah keluarga yang hancur dikarenakan keegoisan dari orang tua yang mengakibatkan anaknya menjadi korban. Sebenarnya broken home tidak hanya dilabelkan kepada anak-anak yang menjadi korban perceraian kedua orang tuanya. Akan tetapi, juga pada anak yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis.

Ketidakharmonisan keluarga merupakan suatu hubungan keluarga yang didalamnya muncul sebuah konflik. Biasanya konflik yang terjadi karena beberapa faktor seperti masalah ekonomi, kurangnya komunikasi antara suami dan istri, keegoisan kedua orang tua, masalah pendidikan, jauh dari agama, dan lain-lain. 

Broken home dapat menghancurkan mental seorang anak. Anak yang sering mendengar ayah dan ibunya bertengkar, saling pukul, tendang, berkata kasar dapat mempengaruhi jiwanya. Bahkan ketika dia besar, dia akan meniru perilaku orang tuanya.

Begitu banyak dampak yang dirasakan oleh anak broken home. Yang paling terlihat adalah perilakunya.  Anak yang melihat orang tuanya sering bertengkar akan menjadi pribadi pendiam, murung, tempramen, dan parahnya akan depresi. Contohnya teman saya, dulu dia anak yang aktif, ceria, dan berprestasi di sekolah. Karena orang tuanya cerai, dia menjadi pribadi yang pemurung, gampang tersinggung, menarik diri dari pergaulan, dan peringkatnya turun. Jika dia terus-menerus depresi akan mengakibatkan penyakit mental seperti bipolar.

Bipolar sendiri sangatlah berbahaya karena jika diteruskan akan menyebabkan keinginan untuk bunuh diri semakin besar. Saat mental anak terganggu maka segala aktifitas anak yang sebelumnya normal menjadi abnormal. Anak jadi susah diatur, tidak disiplin, menurunnya prestasi disekolah, suka melanggar aturan, suka kekerasan, dan sangatlah brutal.

Anak broken home cenderung apatis karena mereka sudah tak peduli dengan hidupnya, keluarganya, dan bahkan orang lain sehingga mereka melakukan tindakan kejahatan yang meresahkan masyarakat. Contohnya fenomena cah klitih. Kebanyakan dari mereka melakukan tindakan criminal karena berasal dari keluarga yang orang tuanya bercerai atau keluarga broken home.

Tak banyak tahu bahwa mayoritas masyarakat cenderung kurang paham tentang buruknya kualitas anak yang dibesarkan dari keluarga yang tidak harmonis. Anak yang sudah pada tahap putus asa, tak segan-segan untuk menyakiti dirinya atau bisa disebut self harm. Lebih parahnya lagi apabila melakukan tindakan bunuh diri.

Perilaku-perilaku menyimpang dari anak broken home sebagai bentuk perwujudan perlawanan terhadap jiwanya yang ingin melihat keluarganya harmonis lagi. Dalam kesehariannya, anak broken home cenderung pendiam dan menutup diri dari aktifitas sosial. Tidak hanya dirumah saja, dalam lingkungan sekolah pun juga mereka cenderung menutup diri dari bergaulan. Ada juga yang berusaha tetap biasa saja padahal jiwanya hancur.

Pentingnya bagi kita untuk selalu memberikan dukungan bagi anak yang mengalami broken home. Memberikan keyakinan bagi mereka bahwa mereka baik-baik saja dan harus bangkit dari keterpurukan yang menimpa mereka.

Kita juga harus menuntun mereka untuk tetap dijalan yang lurus, ke jalan yang terarah dan tidak melenceng dari aturan norma maupun agama. Biasanya anak broken home dijauhi teman-temannya karena sifat mereka yang tertutup dan kurang bergaul dengan yang lain. Kita sebagai teman atau keluarga yang baik harus saling mendukung dan menyemangati teman kita yang sedang dilanda kesusahan sebagaimana hadist dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda:

“Barang siapa yang melepas satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa menjadikan mudah urusan orang lain, apsti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

Teruntuk orang tua sebaiknya janganlah egois terhadap permasalahan yang terjadi, pikirkan anak-anak yang menjadi korban atas keegoisan kalian. Berikan perhatian lebih dan berempati kepada anak-anak bukan melampiskan kemarahan pada anak yang berakibat mentalnya down.

Anak-anak korban broken home membutuhkan perlakuan khusus atau dengan istimewa. Akan tetapi, lebih kepada memahami kondisi mereka dalam empati yang tinggi. Berikan dukungan dan solusi dengan mengajak pihak yang terlibat dengan masalah mereka untuk mengurangi beban yang mereka pendam karena broken home sendiri dapat menghancurkan mental anak.

PROFIL PENULIS
Mita Indah Sari adalah salah satu mahasiswi di UIN Sunan Kalijaga dengan program studi Pendidikan Biologi. Lahir pada hari jum’at di kota kecil yang bernama Klaten pada tanggal 14 Juli 2000. Dia mempunyai hobi ngehalu, tidur, makan, dan menulis. Sangat menyukai fiksi dan berniat mengembangkan kemampuannya di non fiksi. Dia sering mengikuti lomba-lomba berbasis kepenulisan. Pengalaman menulis tidak dapat terbayarkan dengan uang. Baginya sastra adalah serentetan nadi yang mengalir sampai pembuluh darahnya. Dia dapat ditemukan jejaknya di akun instagram : @mindajrs dan  facebook : mischan (sa).