gudnyus
27 September 2020, 17:00 WIB
Last Updated 2020-09-30T01:18:55Z
Opini

Waktunya Great Reset, Ayo Bangkit Indonesiaku!

Advertisement


Penulis : Danisa

Tahun 2020 akan selalu dikenang sepanjang sejarah kehidupan manusia. Bukan kenangan indah melainkan sebuah kenangan buruk karena keterbatasan untuk beraktivitas bebas akibat adanya sebuah virus mematikan. Virus tersebut adalah SARS-CoV-2.

Virus yang pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan, Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019 ini kemudian masuk ke Indonesia pada Maret 2020. Dampaknya terasa sepanjang tahun 2020 ketika WHO menyatakan bahwa virus ini menjadi pandemi pada tanggal 11 Maret 2020. Kejadian ini kemudian dikenal dengan sebutan Pandemi Covid-19.

Saat tulisan ini dibuat sudah lebih dari 27 juta jiwa terkontaminasi oleh virus ini di seluruh dunia. Angka kematian mencapai lebih dari 900 ribu jiwa. Untuk menghentikan penyebaran Covid-19 awalnya pemerintah dunia mengharuskan warganya untuk mengarantina diri masing-masing dengan cara diam di rumah dan tidak boleh berkumpul di luar dengan banyak orang.

Beberapa negara bahkan menutup wilayahnya sehingga tidak adanya jalur keluar masuk di negara tersebut. Kebijakan ini ternyata ibarat pedang bermata dua, yang malah menimbulkan sebuah masalah baru. Dengan semua orang yang diam di rumah dan tidak melakukan aktivitas ekonomi membuat negara mengalami keterpurukan ekonomi.

Demi memperbaiki kondisi ekonomi yang sudah terpuruk akhirnya pemerintah mengeluarkan kebijakan baru. Masyarakat boleh melakukan aktivitasnya namun dengan menerapkan protokol kesehatan untuk menghindari penyebaran Covid-19, kondisi ini kemudian dikenal dengan istilah “New Normal”.

Namun masalah tetap berlanjut, disaat negara fokus untuk memberbaiki kondisi ekonomi ternyata kasus Covid-19 tetap tidak menurun bahkan mengalami kenaikan setiap harinya. Hal ini karena tidak disertai dengan penanganan kasus Covid-19 yang baik. Contohnya adalah Indonesia yang mengalami penambahan kasus rata-rata sebesar 1,7% dan kematian sebesar 1,3% setiap harinya.  Bahkan kondisi ekonomi Indonesia tidak kunjung membaik, terbukti di kuartal kedua tahun 2020 pertumbuhan ekonomi tercatat -5,3%.

Belajar dari Negara Lain
Beberapa negara mampu menangani kasus Covid-19 dengan sangat baik, sehingga meskipun terdapat penambahan kasus tetapi angka kematiannya tidak meningkat karena angka kesembuhan yang sangat tinggi. Contohnya adalah beberapa negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Singapura memiliki total kasus sebanyak 57 ribu kasus. Angka kematian hanya 27 jiwa dan tidak pernah bertambah sejak 14 Juli 2020. Angka kesembuhannya bahkan mencapai 99%. Sedangkan Thailand memiliki tingkat kesembuhan sebesar 96% dan Malaysia sebesar 95%.   

Tingginya angka kesembuhan di Singapura dikarenakan mereka menerapkan beberapa strategi yang dianggap efektif dalam menangani kasus Covid-19 Rp350 triliun untuk membantu bisnis dan rumah tangga demi meningkatkan kondisi ekonomi negaranya. Dengan beragam upaya ini maka diperkirakan perekonomian akan kembali seperti semula dan terus meningkat pada tahun 2021 dengan pertumbuhan kembali ke angka 4,5%.

Melihat Singapura yang mampu menangani kasus Covid-19 dengan baik dan dapat mengembalikan kondisi ekonomi mereka, seharusnya beberapa strategi yang digunakan oleh Singapura dapat diterapkan di negara Indonesia. Seperti membentuk jaringan klinik kesehatan yang diperkuat dokter spesialis kesehatan namun aksesnya dipermudah sehingga semua kalangan masyarakat bisa memanfaatkannya.

Memulai Great Reset
Harus diakui pengendalian Covid-19 di Indonesia masih jauh dari kata berhasil. Rencana Pemerintah mampu mengendalikan pandemi di pertengahan tahun 2020 terus mundur. Angka masyarakat yang terinfeksi masih terus bertambah. Daya tampung rumah sakit rujukan pasien Covid-19 kian terbatas. Tenaga medis berguguran. Kondisi ini mewajarkan bila Deep Knowledge Group dalam kajiannya menyebut Indonesia berada dalam zona merah.
 

Kegagalan pengendalian Covid-19 di Indonesia tidak hanya membuat 59 negara tutup pintu untuk Warga Negara Indonesia (WNI). Ancaman resesi pun menghantui bila langkah strategis tak segera dilakukan. Meningginya angka pengangguran dan kemiskinan merupakan efek domino resesi yang akan memukul keras masyarakat.

Hadirnya vaksin menjadi kunci utama untuk mengatasi Covid-19. Namun seiring menanti rilisnya vaksin, perlu adanya kebijakan menghadapi pandemi berbasis pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Inisiasi Great Reset yang dilontarkan World Economic Forum (WEF) sebaiknya dapat diimplementasikan di Indonesia.

Prioritas kebijakan pemerintah semestinya pada penanggulangan bencana secepatnya. Adanya satu komando yang tegas dari tingkat nasional hingga ke daerah akan mengokohkan pondasi pemulihan ekonomi di masa depan. Tujuan utama kebijakan yang muncul di tengah pandemi bukanlah mencari popularitas, melainkan demi satu tujuan yang sama yakni menanggulangi pandemi.

Keberpihakan negara terhadap berbagai sektor pemulihan ekonomi nasional harus diwujudkan. Seharusnya tidak ada lagi disparitas yang terlalu jauh seperti total alokasi anggaran pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp695 triliun. Dari anggaran itu dibagi Rp123,4 triliun untuk 64,1 juta UMKM dan Rp101,5 triliun hanya untuk 4 BUMN. Inilah ketidakadilan yang terlihat nyata dan harus dihapuskan.

Konsep Great Reset sebagai alternatif menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19 dikenalkan oleh Ketua Eksekutif WEF, Prof Klaus Schwab. Secara bahasa, Great Reset bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia bermakna ‘Pengaturan Ulang yang Besar’.
 

Artinya untuk memulihkan sosial ekonomi perlu adanya restorasi model dan pergerakan ekonomi baru yang memiliki daya tahan (resilience), inklusi (inclusive), berteknologi cerdas (smarter), berkeadilan (fair) dan berkelanjutan (sustainable) lebih baik dibandingkan model ekonomi sebelum krisis.

Tujuh sektor penting untuk mewuujudkan model ekonomi baru itu yaitu:

  1. Membentuk Pemulihan Ekonomi (Shaping The Economy Recovery).
  2. Mendesain Ulang Kontrak Sosial, Keterampilan dan Pekerjaan (Redesigning Social Contracts, Skill and Jobs).
  3. Memulihkan Kesehatan Lingkungan (Restoring Health of the Environment).
  4. Model Bisnis Berkelanjutan (Sustainable Business Models).
  5. Revitalisasi Kerjasama Global (Revitalizing Global Cooperation).
  6. Penguatan Pembangunan Daerah (Strengthening Regional Development).
  7. Memperdalam Revolusi Industri Keempat (Harsening the Fourth Industrial Revolution).


Solusi mengakhiri pandemi tidak hanya selesai hanya dengan ditemukannya Covid-19. Faktor kecepatan pemulihan ekonomi akan menjadi penentu nasib bangsa selanjutnya. Bisa jadi pasca pandemi ini, Indonesia kelak justru menjadi negara 5 besar kekuatan ekonomi dunia.   

Semoga kedepannya Indonesia mampu memperbaiki cara penanganan pandemi, sehingga kasus Covid-19 di Indonesia tidak lagi kembali bertambah. Tidak masalah seberapa buruknya keadaan, kita selalu bisa untuk bangkit kembali selama tidak menyerah. Ayo Bangkit Indonesiaku!

Profil Penulis:

Danisa lahir di Batam, 11 April 1998. Saat ini ia kuliah di Yogyakarta dan menempuh Pendidikan di Universitas Islam Indonesia mengambil program studi Teknik Lingkungan. Aktif juga sebagai relawan di Kepri Youth Institute dan suka menjelajah alam.