Bhama
9 Maret 2020, 08:00 WIB
Last Updated 2020-03-09T01:00:09Z
Insight

Teknik Dasar Untuk Menjadi Fotografer atau Juru Kamera

Advertisement

Gudnyus.id - Menjadi juru kamera sebetulnya bukan hal sulit asal memenuhi kriteria yaitu tidak buta warna, mampu memegang kamera dengan baik dan benar, dan mempunyai fisik yang sehat. Pria maupun wanita tidak ada masalah.

Sejalan dengan kemajuan teknologi, kamera professional pun sekarang ukuran serta beratnya makin kecil dan ringan. Juga sekarang banyak alat bantu untuk kamera seperti jimmy jib, portal jib, dolly track, dan lainnya. 

Menjadi juru kamera disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing seperti juru kamera berita (reportase), juru kamera film, juru kamera video klip, juru kamera dokumentasi, dan lain-lain. Gambar dari hasil kamera tentunya sangat mempengaruhi hasil akhir (paska produksi) sehingga teknik dan artistik pengambilan gambar  oleh seorang juru kamera merupakan kunci sukses seorang juru kamera. 

Ada 3 jenis kamera yang kita kenal yaitu : kamera foto, kamera film/movie, dan kamera video. Ketiga jenis kamera tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaannya terutama pada aspek bahan penyimpan gambar (imej) dan proses terjadinya gambar.

Kamera Foto vs Kamera Film vs Kamera Video
Untuk kamera foto dan kamera film bahan bakunya menggunakan pita selluloid untuk yang analog, sedangkan digital, menggunakan media memory atau hard disk. Sedangkan untuk kamera video menggunakan bahan baku kaset video untuk analog, untuk digital, menggunakan memory atau hard disk. 

Selanjutnya jika dilihat dari gambar yang dihasilkan dari ketiga kamera di atas, perbedaannya adalah, jika kamera foto menghasilkan gambar tunggal tak bergerak (still picture), sementara kamera film dan video memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menghasilkan gambar-gambar hidup atai citra bergerak (motion picture). Penggolongan penggunaan kamera dibagi menjadi tiga yaitu kamera studio, kamera portable (ENG Camera) dan kamera EFP (Electronics Fields Production). 

Kamera Studio adalah kamera yang digunakan di studio, untuk memproduksi sebuah program acara televisi. Kamera ENG (Electronics News Gathering) atau Portable Camera, pada awalnya kamera ini untuk hunting berita. Kamera EFP (Electronics Field Production), banyak dipakai di dalam ruangan.

Saat ini lahirnya kamera digital banyak mengubah dunia perfilman dan pertelevisian dunia. Dengan kamera digital ada beberapa keuntungan yang diperoleh, diantaranya soal biaya produksi yang relative murah dibanding jenis kamera analog. 

Salah satu perubahan yang cukup signifikan dalam dunia video yaitu hadirnya DV Camcorder (Digital Video). Dengan menggunakan media kaset DV dan mini DV, hasil sangat prima karena didukung system kompresi DV yang cukup canggih. Kompresi DV yang paling umum memiliki data rate 25 Mega Bits/Second. Kompresi ini biasa disebut dengan DV25. 

Kelebihan kamera digital dibandingkan kamera analog adalah: pertama, gambar dan suara lebih prima, karena DV memiliki resolusi vertical lebih dari 500 line (dibandingkan dengan VHS yang resolusi yang hanya 250 line). Juga kualitas suara yang melebihi kualitas CD yaitu 48 KHz (dibanding kualitas CD Audio yaitu 44 KHz). Kedua, no generation loss, selama koneksinya digital, tidak terjadi penurunan kualitas. Ketiga, tidak memerlukan video capture card, karena kamera sudah digital, maka tinggal transfer dengan interface firewire (IEEE 1394).  

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kamera DV yaitu, resolusi, color space, CCD design, aspect ratio serta harga. Banyak kamera sekarang memiliki dua macam scanning mode yaitu interlaced dan progressive mode. Interlace scanning mode banyak digunakan pada ATV standar, sedangkan progressive scanning dapat menghilangkan artifact dan menambah sedikit motion blur saat pergerakan yang cepat sehingga terlihat seperti film (film look).

Standar yang digunakan kamera video ada beberapa macam yaitu SECAM, PAL, dan NTSC. PAL , banyak digunakan di wilayah Asia, Indonesia, Australia, dan Uni Eropa, SECAM, di Perancis, Timur Tengah, dan Afrika, dan NTSC, di Amerika, Jepang, Kanada, Meksiko, serta Korea. 

Yang membedakan ketiga system tersebut adalah juga aspek frame rate dan scan line. Standar PAL memiliki frame rate 25 frame/sec atau 50 fields/sec. Frame rate digunakan berdasarkan frekuensi listrik AC yang digunakan yaitu 50 Hz.

Sementara itu dalam analog television, jumlah horizontal scanline pada layar televisi atau monitor adalah salah satu ukuran berapa tinggi resolusi gambar, PAL memiliki 625 horizontal scanline. Saat ini teknologi DV sudah diperbarui yaitu dengan diperkenalkan teknologi HDV (High Definition Video).

Yang Perlu Diperhatikan Fotografer

Sangat mutlak melakukan persiapan sebelum pengambilan gambar. Karena akan mempengaruhi shooting style dan hasil akhir sebuah film atau video. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh juru kamera sebelum memulai pengambilan gambar yaitu white balance, yaitu proses sosialisasi lensa kamera dengan keadaan sekitar obyek perekaman.

Focusing adalah usaha untuk mencari obyek yang paling jauh dari semua obyek dengan ukuran gambar (frame size) paling dekat (extreme close up) dan memposisikan gambar sejelas mungkin dengan memutar ring focus.

Posisi memegang kamera merupakan salah satu kunci dalam persiapan sebelum pengambilan gambar. Apakah juru kamera akan melakukan handheld atau menggunakan tripod. Jika posisi handheld maka dibiasakan mengambil dengan tangan kiri. Tapi jika kamera nanti akan dipasang tripod maka untuk mengambilnya menggunakan tangan kanan.

Mengatur kamera adalah poin yang sangat diperhatikan dalam persiapan. Karena setting kamera juga setting suara akan dilakukan oleh juru kamera untuk mendapatkan setting yang paling maksimal yang diinginkan yang sesuai dengan kebutuhan yang hendak dicapai. Setting speed record ada 2 macam yaitu SP (Standard Play) dan LP (Long Play), sedangkan untuk audio, gunakanlah selalu 16 bit untuk hasil yang optimal. 

Shot adalah unsur terkecil dari sebuah struktur film yang utuh, yang dapat dilihat pesan dari shot itu sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar yaitu: faktor manusia, faktor ruang, faktor waktu, faktor peristiwa dramatik dan faktor suara. Faktor manusia ditampilkan untuk melambangkan perwatakan atau masalah dalam sebuah film. Faktor manusia menjadi bagian integral dengan peristiwa yang ingin disajikan dalam film. 

Faktor ruang ada dua macam, yaitu ruang alami dan non alami. Ruang alami adalah ruang yang sesungguhnya untuk sebuah peristiwa yang terjadi. Ruang non alami adalah ruang pengganti yang dipakai untuk menggambarkan suatu peristiwa atau biasa disebut studio. Biasanya untuk non alami seperti studio bluescreen atau green screen, sehingga dalam pengeditan latar belakang hijau atau biru dapat diganti latar belakang ruang alami atau kreasi dari 3 dimensi. 

Faktor waktu memiliki dua pengertian yaitu pengertian waktu secara fisik seperti pagi, siang, dan malam serta waktu kejadian ketika sebuah peristiwa berlangsung. Jadi waktu di film sangan berbeda dengan waktu sesungguhnya (real time). Faktor peristiwa dramatik adalah peristiwa dalam film yang diharapkan mampu menimbulkan reaksi emosional penonton yang lebih besar. Faktor suara berfungsi sebagai informasi ruang, waktu dan peristiwa. Pada awalnya faktor ini hanya sebagai pelengkap dan penunjang visual saja. 

Angle Camera dan Frame Size
Posisi kamera yang mengarah pada obyek tertentu berpengaruh terhadap makna dan pesan yang akan disampaikan. Banyak juru kamera tidak terlalu memperhatikan sudut pandang kamera, karena dianggap sepele. Sudut pengambilan high angle berbeda maknanya dengan low angle.  Dengan low angle, menjadikan obyek yang ditangkap menjadi lebih besar dan megah, sedangkan high angle, menjadikan obyek terasa kecil.

Pada prinsipnya teknik pengambilan gambar meliputi sudut pengambilan, ukuran shot, gerakan obyek dan gerakan kamera. Sudut pengambilan gambar ada lima macam yaitu bird eye view, high angle, eye level, low angle, dan frog eye. Masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda sehingga karakter dan pesan yang dikandung tiap shot akan berbeda pula. 

Ukuran gambar (frame size) dalam setiap shot memiliki maksud dan maknanya sendirisendiri. Untuk itu juru kamera dituntut untuk memahami ukuran gambar yang disesuaikan dengan kebutuhan skenario sebuah adegan. Extreme Close Up (ECU) yaitu ukuran sangat dekat sekali dengan obyek, memiliki makna menampilkan detail dari sebuah obyek.

Big Close Up (BCU) yaitu dari batas kepala hingga dagu obyek, memiliki kesan menampilkan obyek untuk menimbulkan eksperesi tertentu. Close Up (CU) yaitu dari batas kepala hingga leher bagian bawah, memiliki kesan memberikan gambaran obyek secara jelas. 

Medium Close Up (MCU) yaitu dari batas kepala hingga dada ke atas, memiliki kesan menegaskan profil seseorang. Medium Shot (MS) yaitu dari batas kepala sampai pinggang  (perut bagian bawah), memiliki kesan memperlihatkan sesorang dengan tampangnya. Full Shot (FS) yaitu dari batas kepala hingga kaki, memiliki makna memperlihatkan obyek dengan lingkungan sekitar. Long Shot (LS) yaitu obyek penuh dengan latar belakangnya, memiliki makna menonjolkan obyek dengan latar belakangnya. 

Umumnya jika juru kamera membidik obyek yang tidak bergerak tentu sangat mudah karena tinggal mengatur komposisi saja. Namun jika obyeknya bergerak, contohnya orang, maka dia akan bergerak dinamis. Untuk dapat mengikuti obyek terus menerus, dapat juga digunakan alat bantu seperti crane, rel, dan lain-lain.

Obyek yang menjauhi kamera disebut walk out, dan obyek yang mendekati kamera disebut walk in. Untuk obyek yang masuk ke frame kamera disebut in frame, sebaliknya, obyek keluar dari frame kamera disebut out frame. 

Zoom in dan zoom out, secara fisik kamera tidak bergerak, yang tekan hanyalah tombol zooming. Jika ditekan ke belakang maka menimbulkan efek obyek menjauh, sebaliknya ditekan ke depan, maka menimbulkan efek obyek mendekat.

Tilting, gerakan kamera ke atas dan gerakan kamera ke bawah, biasanya untuk menampilkan sosok tertentu dan menimbulkan rasa penasaran penonton, ada dua macam tilting yaitu tilt up dan tilt down. Dolly shot, pengambilan gambar dengan menggunakan dolly yang bisa digerakkan maju dan mundur. 

Panning, pengambilan gambar yang mengerakkan posisi kamera dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Menampilkan kesan urutan obyek secara rapi. Untuk panning, juru kamera tidak boleh terlalu cepat karena berdasarkan psikologi penglihatan, bahwa seseorang penonton akan mampu mengindentifikasi obyek dalam waktu minimal 3 detik. Kurang dari itu, maka penonton akan sulit mengenali obyek yang dilihatnya.

Crane shot, atau biasa disebut jimmy jib, dengan panjang sekitar 9 meter, alat ini dilengkapi tombol zoom, dan dilengkapi monitor kecil. Kelebihannya adalah dapat menggunakan berbagai macam angle, dibanding dengan handheld. Follow, kamera bergerak mengikuti obyek, dan alat bantunya dapat menggunakan rel, kendaraan dan lainnya. 

Kesimpulannya Dengan teknik serta pengetahuan tentang kamera yang baik, tentunya juru kamera dituntut menghasilkan karya yang optimal dan maksimal. Juru kamera dapat menerapkan teknik dan pengetahuan yang baik tentang kamera yang disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Peningkatan keahlian juru kamera di lapangan memberikan dampak yang luar biasa terhadap video atau film yang dibuat sehingga video atau film yang berkualitas tinggi akan banyak bermunculan. 

Sumber:
VIDEOGRAFI: KAMERA DAN TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR
D. Nunnun Bonafix, Universitas Bina Nusantara
Foto: Pexels.com