gudnyus
5 Juni 2020, 12:03 WIB
Last Updated 2020-06-20T06:28:03Z
InsightOpini

The New Normal

Advertisement

Gudnyus.id - Lagi ramai diberita, wacana kebijakan yang akan diambil Pemerintah ditengah masa wabah ini.

Namanya "The New Normal" .

Kalau kita sederhanakan dengan bahasa kita intinya adalah memulai sesuatu ke'normal'an baru. Sesuatu yang tidak biasa agar dibiasakan.

Banyak pro-kontra didalamnya terkait kebijakan ini, apalagi dengan dibolehkannya pusat perbelanjaan (Mall) akan dibuka dengan bebas seperti sediakala dengan dalih tetap menjalankan protocol covid-19, dan sepaket kebijakan lainnya yang menuai kontraversi masyarakat.

Supaya apa katanya? Supaya roda perekonomian berjalan normal kembali. Klaimnya seperti itu.

Tapi saya ga mau masuk terseret arus itu. Terlalu deras. Menimbulkan polemik dan perdebatan. Buang-buang kalori

Izinkan disini saya sedikit berbagi agar kita semangat memiliki "The New Normal" versi kita sendiri. Karena kita tau wabah ini belum bisa di prediksi kapan selesainya.

Kata WHO tidak akan pernah hilang

Sebagian pakar bilang 2 tahun kedepan

Sebagian lainnya bilang akhir tahun

Siapa yang bisa dipercaya ? Belum ada, karena semuanya tidak ada yang memiliki jaminan dan masing-masing punya argumennya sendiri yang tentu kita tidak paham bahkan tidak tau karena malas cari tau. #eh

Ini beberapa tips agar kita bisa survive (bertahan) di era new normal, sebagai langkah ikhtiar seorang hamba dan masyarakat biasa. Tentu inspirasi ini tidak datang sendiri, melainkan bersumber dari literatur guru-guru kehidupan yang memiliki kompeten dibidangnya masing-masing.

1. Move on from dependent (Ketergantungan) to independent (Kemandirian)

Bagi Anda yang saat ini rezekinya (uang) merasa berkurang karena wabah. Bisa jadi itu pesan cinta Allah agar kita tidak banyak bergantung kepada orang lain.

Bagi yang di PHK, atau banyak diliburkan dan gaji dipotong sampai dengan 50% bahkan lebih. Jadikan suasana liburan ini untuk anda memulai usaha sendiri. Usaha apa? Mulai dari yang anda bisa. Jangan remehkan usaha yang kecil, karena bisa jadi Allah berikan keberkahan didalamnya.

Ingat rezeki bukan tentang seberapa banyak melainkan seberapa berkah. Karena yang banyak belum tentu cukup, yang berkah sudah pasti cukup.

2. Upgrade your skills

Ini waktu kita scale up diri, mesti growth (tumbuh). Udah banyak dirumah, kalau masih gitu2 aja ga berkembang berarti kita termasuk orang yang merugi.

Dari rumah kita bisa kok banyak belajar, merangkum, dan mempraktekan. Tentu sebelumnya kita harus ikhtiar mencari sumber ilmu yang tepat.

Ini perkara bukan bisa gabisa, tapi perkara kita mau atau engga mau.

3. Expand your network

Ayo perluas jaringan. Perbanyak silaturahim. Gabung di komunitas-komunitas positif. Ada penelitian terkait hukum entangelment , bahwasannya kehidupan kita itu sangat erat keterkaitannya dengan lingkungan kita. Kalau kita terus berada di aura positif maka hidup kita pun akan berpikir positif dan maju.

Ini sangat selaras dengan sabda nabi yang sangat masyur, kalau kita berteman dengan tukang minyak wangi dan pandai besi. Masih ingat ?

Apalagi silaturahmi adalah salah satu wasilah terbukanya pintu rezeki.

Coba deh cek , pertemanan kita sudah banyak bertambah atau belum? Atau masih yang itu-itu aja sehingga pikiran kita ya gitu-gitu aja . Atau nambahnya cuma teman facebook, tau namanya ga kenal orangnya.

4. Help your community

Bantu keluargamu, tetanggamu, temanmu, dan orang sekelilingmu. Lebih baik bantu ekonomi orang terdekat yang sudah jelas dekat dengan kita.

Beli produk yang dijualnya, jangan dibully kalau kita liat teman kita jadi pedagang dadakan. Karena mereka sadar, hidupnya tidak ditanggung negara, bantuan ga jelas kapan datangnya. Dibanding meminta, jelas berdagang lebih mulia.

Alhamdulillah sekeliling saya sendiri banyak pengusaha dadakan. Appreciate untuk mereka para pejuang keluarga

5. Innovation

Apapun profesi Anda saat ini, kalau yang dijalanin gitu-gitu aja maka akan mati dan tenggelam. Mungkin engga mati, tapi pasti jadi kurang kebermanfaatannya atau tidak seperti biasa disaat normal-normal saja. Yang jadi masalah kita gatau kapan kondisi ini akan normal. Seandainya virus ini hilangpun, apakah yakin pemerintah akan mengambil kebijakan seperti dulu lagi ? Kan belum yakin juga, maybe yes maybe no.

Makanya jangan bergantung dengan itu.

Jangan bergantung dengan Presiden Jokowi, jangan bergantung dengan Negara, jangan bergantung dengan perusahaan, dan jangan bergantung kepada siapapun juga.

Mengutip kalam Imam Ali bin Abi Thalib ra; "Mengharap sesuatu kepada Manusia adalah patah hati yang disengaja".

Inovasikan profesimu !

Bila pengajar, jadilah pengajar yang tetap bisa memberi kebermanfaatan maksimal disaat seperti ini!

Bila pengusaha, jadilah pengusaha yang usahanya tumbuh disaat usaha lainnya menukik turun!

Bila pelajar, jadikanlah momen ini momen kita belajar banyak hal. Saatnya kita belajar dengan kurikulum yang sesuai dengan kecerdasan yang Allah karuniakan kepada masing-masing diri kita!

Bila kita saat ini bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, jangan hopeless (putus asa).

Jadikan ini renungan, adukan ketidakberdayaan kepada Ar-Rahman, pintalah pertolongan-Nya!

Momen ini adalah ujian untuk orang beriman, insyaallah akan banyak orang-orang hebat lahir dari wabah covid-19 ini. Dan mudah-mudahan kita ada diantara golongan itu.


From nothing to something

From zero to hero


وَلَا تَهِنُوْا وَ لَا تَحْزَنُوْا وَاَ نْتُمُ الْاَ عْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ


"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman."

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 139)


Penulis: Muhammad Riski Akbar Soleh, PPA Institute